Lupa Pesan Guru SD, Berpendidikan tetapi Belum Disiplin Menyampah



Isu pencemaran lingkungan terutama yang berhubungan dengan sampah adalah tantangan yang harus dituntaskan semua pihak. Indonesia darurat sampah! Siapa yang harus disalahkan? Si pembuang sampah, pemerintah, atau sampah itu sendiri? 


Plastik menjadi perhatian utama, karena benda ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa terurai, tidak bisa hanya setahun, tiga tahun atau puluh-puluhan tahun. Lantas? Ratusan tahun baru bisa terurai. Pemandangan sungai yang jernih, damai dan estetik, tahun ke tahun malah identik sebagai jalanan raya bagi komunitas sampah plastik. 


Siapa yang tega melakukan ini? Ini adalah suatu tindakan yang cukup kriminal. Mengotori lingkungan, membuat keresahan, tidak memberi kesempatan masyarakat untuk memanfaatkan air sungai. Tidak sadarkah si pembuang ini? Tidak sekolahkah dia? Dari mulai bangku SD bukankah kita sudah diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya? Mengapa pengetahuan sekecil itu saja tidak diamalkan? Ada apa di pikiran bangsa kita ini? Pantas Indonesia belum menjadi negara maju. 


Apakah ini salah pemerintah? Sudahkah pihak-pihak berwenang ini mengadakan edukasi dan sosialisasi tentang menjaga lingkungan? Tentang kebiasaan bijak dalam membuang sampah? Mungkin ada, tetapi tidak secara keseluruhan. Buktinya, di kampungku sendiri belum ada sosialisasi seperti itu. Sehingga warga yang sudah lupa dengan kata-kata guru SD mereka (Anak-anak, ingatlah untuk membuang sampah pada tempatnya, ya!) tidak ada yang mengingatkan. 


Banyak sekali dampak dari sampah-sampah yang terlantar di lingkungan ini. Bencana alam, penyakit, kemiskinan (ketidaktersediaan air bersih bagi keluarga yang sulit mendapatkan air). Berpikir jauhlah sampai ke sana! Pikirkan orang lain yang butuh air dan yang tidak mau terkena banjir! Ulah siapa, akibatnya diterima siapa. Sungguh, membuang sampah sembarangan terutama ke sungai adalah kejahatan secara tidak langsung, perenggutan hak secara tidak langsung. Sayangnya, manusia-manusia ini tidak berpikir sampai ke sana. 


Setelah membuang sampah dengan wajah tidak berdosa, tidak adakah perkiraan di benak mereka, kemana sampah itu terus berjalan? Pada akhirnya sampah itu akan kembali ke perut mereka. Dari sungai ke laut, dari laut ke mulut ikan, perut ikan, menyatu dengan daging ikan, ikan pun mendarat di piring manusia, tibalah mikroplastik di lambung mereka. 


Riwayat Perjalanan Mikroplastik


“Di lingkungan laut saat ini 85 persen sampah laut didominasi oleh limbah plastik. Hal ini disebabkan limbah plastik yang terbawa oleh aliran air salah satunya melalui sungai,” ujar Dr. Andhika Puspito Nugroho, dosen dan peneliti lingkungan Fakultas Biologi UGM dalam BioTalks, Jumat (11/6). 


Mikroplastik adalah partikel / fragmen plastik yang memiliki ukuran di bawah 5 mm. Mikroplastik sendiri ada 2 macam, yaitu Mikroplastik Primer yang diproduksi dalam ukuran sangat kecil, biasanya terdapat pada produk kecantikan atau detergen. Sedangkan mikroplastik sekunder berasal dari degradasi plastik sekali pakai yang berukuran lebih besar. 


Karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik dapat ditemui di mana saja. Dari perairan tropis, Arktik, bahkan sampai laut dalam yang tidak terjamah manusia. Di Indonesia, mikroplastik ditemukan di perairan laut, sedimen sungai, estuari, sedimen di lingkungan terumbu karang, bahkan dalam perut ikan.


Keberadaan mikroplastik di dalam perut ikan dan sumber air tawar dapat menjadi jalan masuk ke tubuh manusia. Mikroplastik mengandung berbagai zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan. Jika tertelan oleh mamalia laut, mikroplastik dapat mengakibatkan rusaknya organ pencernaan karena sulit atau tidak bisa dicerna. 


Isu sampah plastik merupakan isu penting yang harus ditanggung bersama dari mulai edukasi oleh akademisi, regulasi pemerintah untuk menangani hal tersebut, hingga kesadaran dari diri masing masing pribadi. Langkah sederhana yang dapat kita lakukan adalah mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dan melakukan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). 


Daftar pustaka: 

1] Permana, Adi. 2021. dilansir dari situs www.itb.ac.id 

2] Satria. 2021. dilansir dari situs www.ugm.ac.id 

Gambar : alinea.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jajanan Jalanan dan Sejarahnya

Mengenal Lifestraw, Alat Filter Air yang Praktis

Mengenal Polycoria, Satu Mata Memiliki Dua Pupil atau Lebih