Siapakah Kakek Yang Ada di Sampul Belakang Buku Iqro?

Tahukah kamu, siapa foto seorang kakek di sampul belakang buku Iqro?


(sumber foto : Google )


Beliau adalah K.H. As'ad Humam yang merupakan penemu atau pengarang dari metode belajar membaca Al-Quran yang sekarang kita kenal sebagai Buku Iqro' Cara Cepat Belajar Al-Quran. 




(sumber foto : kumparan.com) 


Iqro adalah buku yang digunakan untuk mempelajari huruf hijaiyah sebagai tahap awal belajar membaca Al-Quran. Buku Iqro terdiri dari enam jilid, disebut Iqro 1 hingga Iqro 6. Biasanya setiap jilid disajikan dalam buku terpisah dengan warna yang berbeda serta ada pula yang keenam jilidnya disajikan sekaligus dalam satu buku. 



KH. As'ad Humam berasal dari Kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. Beliau lahir pada tahun 1933 di Yogyakarta. 



Di usianya yang masih sangat muda, yakni 18 tahun, beliau mengalami kecelakaan jatuh dari pohon yang menyebabkan dirinya terkena penyakit pengapuran tulang belakang. Sekujur tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Sehingga gerakannya terbatas dan tak bisa beraktifitas sebagaimana orang biasanya. Ketika mengerjakan sholat, beliau harus duduk lurus tanpa bisa melakukan posisi ruku dan sujud. Bahkan untuk menengok pun harus membalikkan seluruh tubuhnya. Hal ini pula yang membuatnya mesti memakai tongkat saat berjalan. 



K.H. As'ad bukanlah seorang akademisi atau lulusan Sekolah Tinggi Islam. Riwayat pendidikannya hanya sampai kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat SMP) disebabkan oleh keterbatasan gerak sejak kecelakaan tersebut.



Beliau merupakan anak kedua dari 7 bersaudara. Ayahnya bernama Humam Siradj. Keluarganya menekuni wirausaha sebagai mata pencaharian, yang kemudian diteruskan oleh K.H. As'ad dengan berjualan barang-barang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro, Yogyakarta. 



Di saat berdagang itulah ia bertemu dengan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi asal Semarang yang merupakan seorang penemu salah satu metode belajar membaca Al-Quran yaitu Qiraati. 



K.H. Dachlan mengajak As'ad untuk memperdalam ilmu bacaan Al-Quran di pondok pesantren miliknya. K.H. As'ad pun menerimanya. Selama di sana ia belajar dengan sungguh-sungguh sampai bisa mengajar santri lainnya. 



Dia banyak mengajukan ide dan gagasan untuk penyempurnaan metode Qiraati. Namun, gagasannya ditolak oleh K.H. Dachlan dengan alasan bahwa Qiraati sudah sempurna, baku dan paten serta merupakan inayah dari Allah SWT. 



Namun hal itu tidak menyurutkan semangat beliau yang kemudian membentuk kelompok belajar bersama Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (AMM) untuk mengembangkan ide dan gagasannya, sampai akhirnya jadilah metode Iqro. 



Keberadaan metode Iqro ini sempat menimbulkan ketegangan antara dirinya dengan KH. Dachlan sebagai penemu metode Qiraati. 



Namun akhirnya ketegangan itu bisa diredam. KH. As'ad mengambil jalan tengah dengan membubuhkan di kata pengantar buku Iqro tahun 1990 bahwa Buku Qiraatilah yang memberi banyak inspirasi dalam penyusunan Buku Iqro.  



Nama Iqro diambil dari kata "Iqra" ( أقر ) artinya "bacalah!" yang terdapat pada ayat 1 QS. Al-Alaq, yaitu wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 



Awalnya Iqro diujicobakan kepada anak-anak yang diasuh oleh tim tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musala (AMM), Yogyakarta.



Pada tahun 1988, di Kampung Selokraman, Kotagede yang merupakan kampung halamannya sendiri, didirikan Taman Kanak-kanak Alquran (TKA) untuk anak usia 4-6 tahun, lalu setahun kemudian didirikan Taman Pendidikan Alquran (TPA) untuk anak usia 7-12 tahun. Dari sini awalnya Iqro tersebar luas hingga banyak digunakan di banyak tempat.



[Tirto.id] Ketika Iqro mencapai keberhasilannya dalam membantu anak-anak belajar membaca Al-Quran, K.H. Munawir Sjadzali, menteri agama pada saat itu, menjadikan TKA dan TPA yang didirikan oleh K.H. As’ad Humam sebagai Balai Penelitian dan Pengembangan Lembaga Pengajaran Tartil Quran Nasional.



Sampai saat ini entah berapa juta buku Iqro yang telah dicetak dan disebarluaskan ke berbagai penjuru tanah air bahkan manca negara. Tahun 1996, dalam sebuah obituari, Agus Basri dan Khoiri Akhmadi menyebutkan bahwa Iqro telah menyebar ke Indonesia dan telah sampai di Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, Eropa, dan Amerika.



Saat Iqro terus menyebar ke berbagai tempat dan memberi manfaat kepada banyak orang, kesehatan K.H. As’ad Humam justru semakin memburuk. Ia yang puluhan tahun menderita pengapuran tulang belakang dan perlahan menuju lumpuh, sejatinya tak pernah lelah berusaha melawan keterbatasannya.



Pada usia 63 tahun, tuntas sudah perjalanan hidupnya sebagai Pejuang Pemberantas Buta Huruf Arab. Beliau wafat pada 02 Februari 1996 bertepatan dengan bulan Ramadhan, meninggalkan karya dan jasa yang sampai sekarang berguna bagi banyak insan yang mempelajari Al-Quran. 



“Lewat sistem Iqro yang diciptakannya, K.H. As’ad Humam telah menyelamatkan masyarakat dari kebutaan terhadap Quran. Beliau adalah pahlawan penyelamat Quran," kata Menteri Agama Tarmizi Taher dalam sambutannya saat mengantar penemu Iqro itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir.



Semoga ilmu yang diajarkan beliau dan Tim Tadarus AMM melalui Buku Iqro berkah dan bermanfaat bagi kita semua, serta semoga beliau mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Yang Maha Penyayang.

 


Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin. 





Makam penemu Iqra, Kh As’ad Humam di Pemakaman Selokraman RW 11, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. (Foto: Kumparan/Arfiansyah Panji Purnandaru)



(sumber : facebook @Poery Aditya) 




devitirta ©2021




Referensi : 


https://amp-tirto-id./asad-humam-sang-penemu-metode-revolusioner-baca-alquran-iqro-cK69?


https://m.kumparan.com/kisah-hidup-kakek-yang-fotonya-dipajang-di-sampul-belang-buku-iqra


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Iqro 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jajanan Jalanan dan Sejarahnya

Mengenal Lifestraw, Alat Filter Air yang Praktis

Mengenal Polycoria, Satu Mata Memiliki Dua Pupil atau Lebih